News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Masukan dan Harapan Siswa untuk Para Guru

Oleh: Sil Joni*


Masukan dan Harapan Siswa untuk Guru
Masukan dan Harapan Siswa untuk Guru



Saya selalu membuat semacam 'evaluasi singkat' terhadap proses pembelajaran sebelumnya, dalam setiap pertemuan awal untuk satu semester. Selain itu, saya juga membantu anak-anak untuk membuat 'Kesepakan Kelas', dan meminta masukan dari para siswa terkait dengan performa, khususnya pola tindak dan pola pikir guru terhadap para siswa di lingkungan sekolah umumnya dan kelas khususnya. 


Khusus untuk poin terakhir (pola pikir dan pola tindak guru), fokus perhatian saya adalah model relasi ideal yang mesti diperlihatkan guru kepada siswa dari sudut pandang siswa sendiri. Jadi, bukan kompetensi pedagogik, profesional, dan sosial yang disoroti, tetapi hal-hal praktis yang kerab terjadi ketika guru dan murid berjumpa di lingkungan sekolah.


Hari ini, Senin (16/1/2023), saya coba 'menggali masukan dan harapan' para sisiwa itu pada salah satu kelas (kelas X-01 program Nautika Kapal Penangkap Ikan/NKPI) di SMK Stella Maris. Setelah membuat evaluasi 'sekenanya' perihal kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran pada semester sebelumnya dan dilanjutkan dengan membuat 'Kesepakan Kelas', saya mendorong mereka untuk menyampaikan masukan dan harapan secara jujur terkait bagaimana semestinya para guru berperilaku, bertindak, dan berkomunikasi dengan para siswa.


Membaca dan mencermati pelbagai masukan dan harapan dari para siswa tersebut, saya tiba pada kesimpulan bahwa ternyata masih banyak hal negatif yang luput dari perhatian guru ketika berinteraksi dengan siswa. Mata hati peserta didik, agaknya lebih terang dalam menyoroti 'sisi-sisi gelap' yang atak diperhatikan oleh para guru selama ini. 


Pelbagai catatan tersebut, hemat saya sangat membantu guru dalam memperbaiki performa dan perilakunya ketika berhadapan dengan siswa. Ini sebuah koreksi yang konstruktif dari siswa. Semua masukan tersebut, tentu saja tidak dilatari oleh sikap benci terhadap guru, tetapi semata-mata agar guru bisa tampil lebih elegan dan bermartabat di hadapan murid. Dengan kualitas kepribadian yang diharapakan oleh siswa tersebut, maka idealisme guru dalam menuntun siswa ke wilayah terang, semakin mudah terwujud.


Dalam pertemuan awal ini, setidaknya saya 'mengumpulkan 15 poin krusial' yang semestinya diperhatikan secara serius oleh guru dalam berinteraksi di dalam kelas. Pertama, guru tidak boleh 'alergi' terhadap kritik. Peserta didik umumnya berharap agar guru juga harus bersikap 'rendah hati', menerima masukan, catatan korektif dan perbaikan dari siswa. Guru tidak boleh merasa 'serba tahu atau paling tahu' tetang apa yang diperbincangkan dalam kelas.


Kedua, guru 'tidak boleh pukul atau memberikan hukuman fisik kepada murid. Pada umumnya, peserta didik dalam kelas ini, sangat tidak suka/setuju jika guru memberikan hukuman yang menjurus kekerasan dalam menyadarkan murid. Bagi mereka, hukuman fisik dalam aneka bentuk itu, sama dengan memperlakukan mereka seperti binatang.


Ketiga, masih berkaitan dengan poin dua di atas, guru juga tidak boleh mengancam atau mengintimidasi siswa yang membuat mereka 'takut dan gugup'. Ancaman dan intimidasi secara verbal bisa meruntuhkan 'kepercayaan diri' yang mereka bangun bertahun-tahun. 


Keempat, senada dengan hal itu, guru 'tidak boleh' mengeluarkan kata-kata kotor, caci maki, ejekan dan pelbagai bentuk fitnahan yang bisa mencederai martabat siswa sebagai manusia. Kata-kata kotor yang keluar dari mulut guru, demikian kesaksian para siswa itu, begitu membekas dan membuat mereka terluka.


Kelima, oleh sebab itu, guru mesti 'sabar' dalam menghadapi karakter siswa yang beragam itu. Sangat diharapakan agar emosi guru tidak mudah 'tersulut' dan tidak cepat 'tersinggung'. Menjadi guru bagi mereka berarti harus 'tahan' menerima kenyataan keanekaragaman model kepribadian para siswa.


Keenam, guru mesti memperlihatkan 'teladan hidup' yang baik. Lusinan kata-kata yang keluar dari mulut guru, menjadi tidak berguna jika tidak diikuti dengan keteladanan yang nyata. 


Ketujuh, para siswa mengharapkan agar guru tidak boeh 'meremehkan' kemampuan mereka. Kendati sederhana, guru mesti memperlihatkan rasa hormat terhadap setiap potensi yang dimiliki oleh para siswa.


Kedelapan, hal lain yang disoroti adalah perlakuan yang bersifat diskriminatif. Guru diharapkan untuk tidak membeda-bedakan murid dalam menjalin relasi dan komunikasi. Murid harus diperlakukan secara setara. Tidak boleh ada siswa yang dijadikan 'anak emas' dari guru tertentu.


Kesembilan, sangat penting bagi siswa untuk melihat gurunya memperhatikan sisi kedisiplinan dan kerapian. Mereka sangat mendambakan guru yang hidup tertip, rapi, dan disiplin. 


Kesepuluh, para siswa mengharapkan agar guru tidak boleh apatis (masa bodoh) dengan siswa. Guru harus komunikatif, empati dan peduli terhadap kenyataan yang dihadapi oleh masing-masing siswa.


Kesebelas, guru juga diharapkan agar tidak memerlalukan siswa sebagai 'alat' untuk melayani kepentingan pribadi. Para siswa tidak boleh dijadikan budak dalam memenuhi kebutuhan pribadi dari guru.


Keduabelas, para siswa juga berharap agar guru tidak boleh 'berprasangka negatif' terhadap siswa. Hindari rasa kecurigaan yang berlebihan dan tidak berdasar yang mempengaruhi pengambilan tindakan yang kurang terpuji kepada siswa. Sebaliknya, guru mesti selalu berpikir positif terhadap keberadaan siswanya sendiri di sekolah.


Ketigabelas, guru tidak boleh cepat 'ngambek' terhadap siswa. Sedpat mungkin guru tidak meninggalkan 'ruang kelas' hanya karena terbawa emosi ketika berhadapan dengan perilaku siswa tertentu.


Keempatbelas, masih ada guru yang menurut pandangan para siswa, 'suka mencari perhatian berlebihan dari siswa'. Karena itu, mereka berharap agar guru tidak boleh menampilakn sikap kepura-puraan semacam itu. Guru harus tampil sesuai dengan karakter dirinya yang otentik.


Kelimabelas, khusus untuk 'guru perempuan (ibu guru)', para siswa meminta agar don't talk too much (cerewet). Para siswa kerap merasa tidak nyaman jika terlalu banyak berkata-kata dan memberikan nasihat di dalam kelas.


Boleh jadi 15 poin yang diangkat para siswa di atas, tidak semuanya benar. Mungkin beberapa diantaranya hanya berdarkan perasaan atau lebih tepat sentimen subyektif terhadap guru tertentu. Tetapi, saya pikir, tidak ada salahnya jika pelbagai catatan dan masukan itu menjadi bahan refleksi bagi para guru dalam memperbaiki kualitas performa dan kompetensi kita sebagai pendidik dan pengajar.



*Penulis adalah Staf Pengajar SMK Stella Maris Labuan Bajo.

0 Komentar